Sumber gambar : teknologi.news.viva.co.id |
Perkembangan
embrio ayam adalah salah satu yang paling sering digunakan pada penelitian
sistem biologis. Digunakan telur yang telah dibuahi, perkembangan dari embrio
yang cepat, kemudahan dalam melakukan manipulasi dan perubahan pada lingkungan
yang membuat ayam sebagai model sistem morfologis, biokimia, pengamaatan fungsi
pada pertumbuhan, diferensiasi, dan organogenesis. Selama 21 hari masa
perkembangan mulai dari satu sel sampai dengan menetas dan mampu mandiri
merupakan rangkaian dari permasalahan yang komplek dari perkembangan dan
diferensiasi. Deskripsi yang lebih mendetail dari kejadian ini telah disajikan
oleh beberapa monografik dan buku.
Banyak
obat telah dipelajari mengenai efeknya pada perkembangan embrio ayam.
Penelitian tersebut menjadikan ketertarikan pada efek obat terhadap
perkembangan embrio selama perlakuan terhadap bahan / komponen empirik untuk
mengamati hambatan spesifik pada perkembangan tumor mamalia padaa membran
korioalantois dembrio ayam. Beberapa komponen, diantaranya mempengaruhi
perkembangan, menghasilkan abnormalitas perkembangan. Sebagai hasilnya,
perkembangan embrio ayam menjadi dasar dari metode independent dalam penelitian
bahan yang dapat berpotensi teratogenik.
Embrio
unggas sering digunakan dalam penelitian karena perkembangan embrio berada di
luar tubuh induk, sehingga mudah diamati. Embrio unggas juga mempunyai
kemiripan dengan embrio mamalia, yaitu mempunyai membrana foetalis yang disebut
amnion. Amnion berfungsi melindungi embrio dari kekeringan, pengaruh radiasi,
tekanan mekanis maupun sebagai tempat pembuangan sisa jaringan yang rusak.
Embrio
ayam sering digunakan sebagi model biologi perkembangan maupun uji toksisitas
dan banyak studi dilakukan untuk mempelajari struktur perkembangan embrio ayam.
Beberapa ensim penting yang dapat diamati baik saat disintesis maupun
peranannya selama masa perkembangan hingga dewasa (Farege-Elawar, 1991).
Tiga ensim utama yang dapat diukur untuk mengevaluasi perkembangan emrbio
ayam seperti 5’nucleotidase (5’NT), choline esterase (ChE) dan
alkaline phosphatase (ALP). Abnormalitas perkembangan embrio ayam akan terjadi
apabila kadar ke tiga ensim tersebut menurun karena pemaparan teratogen (Martin
and Moses, 1993).
Sign up here with your email